Kamis, 04 September 2008

NASIONALISME MUSIMAN

Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, kemeriahan perayaan kemerdekaan RI berlangsung selama 1 bulan penuh di bulan Agustus. Bermacam-macam perlombaan diadakan, jalan-jalan protokol dihiasi umbul-umbul, pataka, dan bendera. Warna merah putih dimana-mana. Orang-orang berbicara tentang nasionalisme, walaupun nasionalisme yang dibicarakan itu hanya untuk daerahnya sendiri, karena lingkungannya akan mengikuit berbagai macam lomba. Puncak kemeriahan ditandai dengan mengikuti upacara bendera untuk mengenang detik-detik proklamasi kemerdekaan di sekolah2 dan instansi2 ( terus untuk swasta upacara di mana, ya ? ) serta pembagian hadiah untuk lomba2 yang dipertandingkan dengan semangat juang tinggi. Suatu kebanggan bila jerih payahnya telah dihargai.
Sekarang kemeriahan itu telah berlalu. Orang-orang kembali bergelut dengan aktivitasnya dan sibuk dengan urusannya masing2. Lalu dimana kemeriahan itu ? Masih adakah semangat juang itu ? Masih adakah warna merah putih dimatanya ? Suatu budaya yang selama ini berlangsung terus menerus di tengah masyarakat kita. Sikap pandang nasionalisme hanya berlaku untuk even-even tertentu. Setelah itu mereka akan lupa akan rasa kebangsaan, persatuan, dan terutama jiwa nasionalisme yang seharusnya terpatri di dadanya.
Dalam suatu kesempatan, saya menyaksikan tayangan sebuah staisun TV swasta yang menayangkan sebuah acara hiburan dimana seorang host bertanya kepada bintang tamunya yaitu anak seorang selebritis yang terkenal yang belajar secara di sebuah sekolah internasional dengan pertanyaan : Bagaimana bunyi sila ke-4 dalam Pancasila ? Bintang tamu itupun terdiam. Lalu dia menjawab dengan jawaban yang jauh dari benar. Kemudian di sebuah stasiun TV swasta lainnya, seorang host memberikan pertanyaan untuk seorang bintang tamu untuk meletakkan gambar-gambar yang ada di perisai lambang Negara kita sesuai dengan urutannya. Dan hasilnya merekapun gagal menempatkan gambar sesuai posisi aslinya. Sepele memang, namun kenyataannya banyak dari anak di negeri ini yang mulai luntur wawasan kebangsaan dan rasa nasionalismenya.
Apabila hal ini dibiarkan terlalu lama, saya khawatir nasionalisme kita akan pudar. Bagaimana mungkin anak-anak kita nantinya akan memilirkan nasib bangsanya apabila pengenalan hal-hal dasar tentang kebangsaan saja mereka tidak tahu. Jangan beri pendidikan kepada anak kita bahwa pengenalan nasionalisme hanya di bangku sekolah ( apakah masih ada ? ) dan acara Agustus-an di kampung mereka saja. Beri pendidikan kepada anak kita rasa nasionalisme setiap hari. Mengenali adanya Tuhan, membantu orang lain yang susah, bersatu dalam perbedaan, bermusyawarah untuk mufakat, dan bersikap adil untuk orang lain adalah sikap-sikap orang berjiwa nasionalisme.
Ingatkan kembali pada mereka WARNA BENDERA kita, LAGU KEBANGSAAN kita, LAMBANG NEGARA kita, DASAR NEGARA kita, dan TANAH AIR kita. Niscaya kita nantinya tidak akan menjadi manusia yang punya nasionalisme musiman, tetapi nasionalisme yang selalu terpatri di dada sepanjang waktu sampai akhir hayatnya.

2 komentar:

icemanblogger mengatakan...

nah ngono nda nulis sing apik, tapi eling hurufmu jek keciliken yo...

Unknown mengatakan...

cerita yg menyedihken.....gek-2 wong-2 iku penyusup seko malaysia...mata-mata ?

Gawe tulisan maning bos...sing menggugah semangat !!!

Bravo....86 !!